Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Prolog Inilah Hijrah Cintaku

Zahra sedari tadi membungkam mulutnya. Ia takut untuk berkata-kata. Pikirannya sedang menata satu demi satu kalimat yang akan ia katakan kepada sosok laki-laki dihadapannya. Laki-laki yang berhasil meruntuhkan pertahanan hatinya, bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama.             “Sebelumnya aku minta maaf jika yang kukatakan nanti akan membuatmu kecewa.”             Zahra menjeda perkataannya. Sedangkan laki-laki dihadapannya hanya menyimak seksama. “Aku wanita biasa yang hanya bisa menunggu. Aku tahu yang kita lakukan ini nggak benar. Saat aku menerimamu dulu, kukira kamu akan segera datang ke rumahku. Menemui Abi dan Ummi untuk mengkhitbahku. Tapi kamu nggak datang-datang. Padahal ini sudah hampir setahun. Maaf jika aku lancang mengatakan ini. Bagiku, jika kamu serius, kamu nggak akan menunda-nunda niatan yang baik itu.” Laki-laki di hadapan Zahra menoleh...

Segelas Teh dan Kehangatan Sore

Segelas Teh dan Kehangatan Sore             Teras rumah sangat sepi. Tidak terdengar ada cengkrama antara ayah, ibu, dan anak-anaknya. Kehangatan tidak terasa sore itu. Kebersamaan kian memudar dan mengikis rasa cinta dan kasih keluarga.             Biasanya ayah selalu mengajak ibu dan anak-anaknya untuk berkumpul di teras setiap hari. Aku, Nadia, dan Mas Hasan. Kamilah anak-anak yang merasa beruntung memiliki keluarga yang sangat harmonis seperti ini.             Aku adalah anak nomor dua, anak pertengahan dalam keluarga ini. Adikku, Nadia, berusia empat belas tahun. Ia masih menduduki bangku kelas dua SMP. Kakakku, Mas Hasan, masih kuliah semester dua di jurusan Hubungan Internasional. Sedangkan aku, seorang siswi kelas tiga SMA.             Saat hari...