Goresan Tinta Sederhana

Selamat pagi, semesta. Hari ini aku bersedih. Entah kenapa, luka yang tergores begitu dalam Aku tak tahu bagaimana caranya untuk bangkit  Tapi mengertikah? Aku sangat ingin menatap ke depan lagi Jatuh dalam keterpurukan membuatku sadar Apakah hari-hariku selanjutnya juga akan aku isi sama dengan hari ini? Sedih, tangis, tak ada tawa Wajah muram di sepanjang hari Aku lupa bahwa banyak yang indah di semesta Hanya saja, aku terlalu fokus pada luka Luka akan kegagalanku hari ini Meski aku sadar, bahwa kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang luar biasa Semesta, Hari ini aku bertekad.  Aku tidak ingin terpuruk lagi Aku ingin berjuang Menatap ke depan Aku malu ketika matahari menatapku dengan senyum muramnya Seakan tidak suka akan senyumku yang hilang hari ini, seolah-oleh dia mengatakan, "Memangnya sudah berjuang apa hari ini?" "KAMU NYERAH? KAMU KALAH?" Dan aku tatap dia Kujawab pertanyaannya dengan segenap semangat yang kembali terkumpul ...

Mungkin.. ini adalah sebuah kesalahan, ketika aku mencintai dia sejak lama. Betapa waktuku terbuang sia-sia hanya untuk memikirkannya. Entah kapan rasa itu datang dan entah kapan rasa itu akan hilang. Sudah berapa kali mata ini tak menundukkan pandangannya sebagaimana perintah Allah? Sudah berapa kali waktuku terbuang sebab terus memikirkannya? Sudah seberapa besar aku tidak menjaga kesucian cinta? Aku sungguh tak bisa menjelaskannya lagi. Jatuh cinta memang terkadang datang di luar kemampuan manusia. Jika aku bisa mengatur rasa cinta ini, akan kuatur sedemikian rupa supaya aku tidak jatuh hati pada seseorang yang salah. Namun, entah mengapa cinta selalu datang tanpa aba-aba. Tiba-tiba perasaan itu kian tumbuh dan mengakar tanpa tahu pasti penyebabnya. Seperti apa yang telah aku alami. Dan mungkin bisa dikatakan bahwa sampai saat ini aku masih berusaha untuk melupakan rasa yang telah telanjur tumbuh ini. Dalam artian aku masih belum bisa melupakannya secara total. Semua yang t...